Rini Sugianto, Animator Indonesia Yang Go Internasional - Artikel ini mungkin dapat memotivasi buat Sobat aziscs1 semua yang Hobi membuat Animasi 3D atau seorang animator. Seketika nama Rini Sugianto (31) mendadak ramai dibicarakan media massa
di Indonesia. Rini Sugianto adalah salah satu animator Indonesia yang
telah sukses menembus level dunia. Ia pun terlibat dalam animasi yang
cukup bergengsi, “The Adventures of Tintin” karya Steven Spielberg dan
saat ini sedang mengerjakan post production animation untuk film “The
Avengers”. Melalui e-mail, lulusan Academy of Art University, San
Francisco ini mengaku mendapatkan banyak pengalaman di dunia animasi.
Dari Game ke Film
Awalnya,
Rini bercerita, ia sempat kesulitan mencari kerja. Tetapi kemudian,
Rini dapat kesempatan untuk magang di sebuah perusahaan game di San
Francisco. “Setelah tiga bulan, mereka decided untuk hire saya full
time,” kenangnya. Rini pernah mencicipi menggarap animasi di beberapa
studio game. Mulai dari Stormfront (pembuat game Neverwinter Nights),
Offset Studio (Project Offset) dan kemudian Blur Studio (yang
melahirkan game seperti Dante’s Inferno, Halo dll). Sejak Agustus 2010,
Rini bergabung dengan Weta Digital di Selandia Baru.
Tantangan dan Kesempatan
Meski
sudah mencapai level internasional, Rini masih tampak berhati-hati
untuk tidak terlalu membangga-banggakan prestasinya. Ia mengaku masih
banyak tantangan yang harus dihadapi.
“Tantangan
paling besarnya mungkin untuk tetap menghasil(kan) animasi yang bagus.
Animation industry ini very competitive, dan saingannya dari
mana-mana. Lulusan-lulusan baru dari sekolah-sekolah animasi juga tidak
kalah dengan animator yang sudah bekerja bertahun-tahun,” ia
bercerita.
Tapi sisi baiknya,
ujar Rini, industri animasi adalah industri yang melibatkan banyak
negara. “Jadi bisa kenal dengan orang-orang dari berbagai negara, dan
bisa dapet kesempatan untuk bekerja di berbagai negara juga,” paparnya.
Setelah Tintin, yang murni
animasi dan digarap penuh oleh Weta Digital, Rini sekarang mengerjakan
animasi pasca produksi untuk film The Avengers. Perbedaannya cukup
mencolok karena Avengers dikerjakan oleh beberapa perusahaan dan
merupakan film live action.
Bagi
penggemar film dari komik tentunya The Avengers salah satu yang
dinanti-nantikan. Ini akan menjadi titik temu beberapa film laris
seperti Captain America, Iron Man dan Thor. Sayangnya, Rini belum bisa
membocorkan apa-apa dari film itu.
Animasi Indonesia
Rini
mengaku cukup memperhatikan perkembangan animasi di Indonesia. Bahkan
selama satu tahun terakhir, ia terlibat sebagai juri dalam sebuah
kompetisi yang diadakan komunitas IndoCG.
Menurut
Rini, ia mengamati adanya perbaikan kualitas dari animasi yang
dihasilkan Indonesia. Animator Indonesia yang bekerja di berbagai
negara juga semakin banyak.
Ia
pun berharap Indonesia bisa menghasilkan karya animasi yang semakin
baik. Tak menutup kemungkinan pula akan lahirnya film animasi layar
lebar maupun studio animasi kelas atas dari Indonesia.
Kepada
para animator di Tanah Air, ia berpesan: “Saya selalu bilang untuk
never give up, there’s always a way. Terus juga untuk
animator-animator: Always ask for critiques. Itu cara paling gampang
untuk memajukan skill kita sendiri.”
Ketika mantap ingin menjadi seorang
animator, tantangan pertama yang harus ia hadapi adalah keraguan orang
tuanya. Tekanan orang tua yang kurang mendukung dengan keputusannya
untuk menjadi seorang animator merupakan pekerjaan rumah tersendiri
bagi Rini. Namun akhirnya kedua orang tuanya luluh juga ketika melihat
Rini serius menjalani pekerjaannya. "Lama-lama mereka lihat juga kalau
ini memang jalan hidupnya," katanya.
Bagi
Rini, memang butuh waktu yang tidak sebentar untuk menjadi seorang
animator. Setelah selesai kuliah di Universitas Parahyangan, ia
melanjutkan pendidikan di Academy of Art University, San Francisco, MFA
Animation (2002-2005). Dan kini ia bekerja di Weta Digital, New
Zealand. Sebuah perusahaan yang mengerjakan visual effects dan animasi untuk film dan iklan.
"Setelah kuliah, saya intern dulu di Stormfront Studio, baru ke Offset Software, terus ke Blur Studio, baru ke Weta. Pretty much perjuangannya sampai ke Weta sekitar 5 tahun. Tintin ini film pertama saya," cerita Rini tentang perjuangannya.
Weta Digital adalah
satu-satunya studio animasi yang berbasis di New Zealand. Keadaan
industri animasinya pun menurut Rini agak jomplang, karena tidak ada
perusahaan besar lainnya, "Tidak seperti di US atau Canada," katanya.
Ternyata tidak hanya Rini sendiri yang
bekerja di Weta Digital. Masih ada beberapa orang Indonesia yang
dengan kerja keras berhasil bekerja di perusahaan tersebut. "Saya
enggak tau pastinya berapa banyak di New Zealand, tapi kalau di Weta,
saya sendiri di animation departement. Tapi ada juga orang Indonesia di departement lain seperti rotoscope, fx, dan pipeline," jelasnya.
Rini pun bercerita tentang persaingan
antar animator. "Persaingannya ketat, soalnya makin banyak
lulusan-lulusan sekolah animasi yang punya demo reel yang sangat bagus. Jadi makin lama jumlah animator dan demand dari company-nya jadi enggak imbang. Dan juga kalau demo reel kita enggak setara sama standar luar, agak susah untuk di-hire," jelas Rini.
Untuk itu Rini juga merasa
kalau dunia animasi di Indonesia sudah tertinggal dibanding Singapora
dan Malaysia. "Mereka sudah lebih maju dalam industri animasinya, dalam
artian pekerjaan animasi di negara mereka lebih banyak dan lebih
berskala besar," tuturnya.
Terakhir, Rini memberikan
rekomendasi tempat bagi kalian yang ingin mendalami dunia animasi. Tapi
yang penting diketahui terlebih dahulu adalah bahwa 3D itu dibagi
banyak jurusan dan animasi adalah salah satunya. "Animation itu
hanya untuk bagian penggerakannya," katanya. "Untuk di dalam negeri
saya sendiri tidak terlalu paham, karena saya sudah lama tidak tinggal
di Indonesia. Untuk di luar negeri, ada beberapa sekolah yang
spesialisasi di animation, seperti animation mentor, salah satu online animation school. Tapi banyak juga sekolah khusus animasi yang bagus di US dan Canada, juga di France seperti Gobelins," tambahnya menutup perbincangan.
Siapa Saja Animator Indonesia?
Indonesia, mempunyai orang-orang kreatif yang sudah mampu berkarya dan diterima dunia internasional. Sebut saja, Wahyu Aditya, Rini Sugianto, Yolanda Santosa, dan Griselda Sastra Winata maupun
lembaga pendidikan animasi bernama Lakon Animasi. Banyak orang dan
penggiat seni animasi yang telah sukses baik untuk menggerakan industri
kreatif Indonesia khususnya di bidang animasi di Indonesia, namun
orang-orang tersebut kurang dikenal di banding para politikus kita.
Siapa sajakah mereka ?
Semoga kisah Rini Sugianto, Animator Indonesia Yang Go Internasional ini bisa jadi motivasi dan inspirasi para penggiat animasi dalam negeri untuk terus berkarya.
Sumber:
KOMPAS
http://www.indonesiakreatif.net
0 Response to "Rini Sugianto, Animator Indonesia Yang Go Internasional"
Post a Comment
Silakan berikan komentar Kalian Terkait dengan artikel tersebut. Tapi ingat, No Live Link, No SPAM, No Pornogarfi, No SARA !!!