Karyanya sudah banyak dimuat di berbagai media seperti The Washington Post, The Guardian, The Australian, The Age, media lainnya di Asia maupun Eropa. Selain itu, karyanya juga muncul dalam buku dan majalah serta publikasi organisasi non pemerintah dan jurnal, seperti Oxfam Amerika Serikat dan Australia, CARE International, Caritas Australia, Australian Volunteers International, dan Organisasi Buruh Internasional (ILO).
"Saya dahulu memang seorang fotografer fashion. Saya memotret produk Coca Cola dan produk pakaian wanita. Orang berpikir bahwa ini keputusan gila. Memang benar, karena saya meninggalkan pekerjaan dimana saya bisa menghasilkan USD 1.000 untuk setiap kali pemotretan demi pekerjaan saya yang sekarang. Tapi saya merasa ada panggilan kemanusiaan sehingga saya memilih jalur ini," katanya.
Mathias mengaku tidak pernah melakukan editing apapun. Semua hasil foto yang ditampilkannya adalah hasil bidikan kamera. "Mengenai cropping, retouch color itu sama sekali tidak ada. Saya memanfaatkan cahaya alami dari sinar matahari. Untuk mendapatkan proses cahaya yang baik, saya biasanya berputar di sekitar subjek lalu memotretnya."
Mathias hanya membawa satu lensa berukuran 35mm untuk memotret. "Dan itu saya gunakan untuk memotret apa saja. Bagi saya, lensa adalah kaki yang saya pergunakan untuk mendekat pada subjek."
Ia juga bercerita bahwa ia pernah datang ke lokasi bekas istana Saddam Husein. Tentara di sana mengira dirinya adalah Jackie Chan dan sikap mereka ramah. Namun ketika ia menyangkal bahwa ia bukan Jackie Chan, sikap mereka langsung berubah. Ia lantas berpikir cepat untuk menetralkan suasana.
"Saya berbohong kalau saya adalah saudara Jackie Chan. Berada di daerah konflik merupakan sesuatu yang berbahaya. Karena itu kamu harus bisa cepat beradaptasi dengan lingkungan," terangnya sambil tertawa.
Menurut Mathias, tidak semua korban perang atau korban bencana mau difoto. Namun ia tidak pernah memaksa. Ia memberi kode meminta izin memotret, apabila mereka menolak maka ia langsung pergi. Baginya hal yang terpenting adalah bagaimana ia bisa mendapatkan kepercayaan mereka untuk menjadi bidikan kameranya.
"Saya sebisa mungkin menekan emosi saya pada saat memotret. Karena tentunya itu akan mempengaruhi hasil foto saya. Saya berusaha net
Mathias memiliki pengalaman selama 27 tahun dalam fotografi jurnalistik. Sebagian waktunya dihabiskan meliput di wilayah Asia, terutama daerahdaerah yang sedang mengalami konflik, perang, bencana alam, kemiskinan, dan perjuangan kemanusiaan.
Hasil karya Mathias sudah dipublikasikan di berbagai media massa internasional, seperti The Washington Post, The Guardian, The Australian, The Age, media lainnya di Asia maupun Eropa.
Selain itu, karyanya juga muncul dalam buku dan majalah serta publikasi organisasi non pemerintah dan jurnal, seperti Oxfam Amerika Serikat dan Australia, CARE International, Caritas Australia, Australian Volunteers International, dan Organisasi Buruh Internasional (ILO).
Dari lokasi di antaranya Afghanistan, Australia, Bangladesh, Burma, Kamboja, Timor Leste, India, Indonesia, Irak, Jepang, Yordania, Kiribati, Malaysia, Mozambik, Nepal, Pakistan, Papua Nugini, Singapura, Afrika Selatan, Thailand, Inggris, Zimbabwe plus Indonesia, Mathias banyak menghasilkan esai fotografi topikal.
Meski banyak menghabiskan waktu di daerah konflik, pria berambut panjang ini tidak pernah kehilangan semangat dan memegang komitmen untuk kemanusiaan. Menurutnya, fotofoto itu akan berbicara kepada orang-orang di seluruh dunia agar lebih tahu kondisi di daerah konflik tersebut.
“Heng adalah instruktur utama untuk Leica Akademi di Asia Pasifik. Ia juga pendiri Leica Gallery Melbourne (Australia) plus salah satu fotografer yang memegang teguh prinsip tidak menggunakan lensa tele. Meski membahayakan, Heng lebih memilih untuk mendekati objek dibanding menggunakan lensa tele untuk memotret sebuah subjek atau moment,” ungkap Fery
0 Response to "Tips-Tips Fotografi dari Mathias Heng"
Post a Comment
Silakan berikan komentar Kalian Terkait dengan artikel tersebut. Tapi ingat, No Live Link, No SPAM, No Pornogarfi, No SARA !!!